Kamis, 23 Februari 2012

Pernah Raih Gelar MVP, Nilai Unas Matematika dan Kimia 9,75

Pernah Raih Gelar MVP, Nilai Unas Matematika dan Kimia 9,75
DBL Indonesia All-Star; Bintang Lapangan dan Bintang Sekolah
Jangan pernah meremehkan student-athlete. Dengan prestasi dan berlatih keras di lapangan, mereka tetap bisa jagoan di bangku sekolah. Dua pemain DBL Indonesia All-Star berikut bisa menjadi contoh.
WAJAH Maria Josephina Ruth Kezia Saudale terlihat cerah ketika berkunjung ke kantor DBL Indonesia, penyelenggara Honda Development Basketball League (DBL). Kezia, sapaannya, memang salah satu mantan peserta kompetisi basket pelajar terbesar di Indonesia tersebut. Pada 2009, dia juga terpilih menjadi salah satu dari 12 pemain putri Honda DBL yang berangkat ke Perth, Australia, untuk mengikuti DBL Australia Games.
Bukan hanya wajah cerah, pakaiannya pun rapi. ”Aku barusan daftar PMDK Unair,” ujarnya. Kezia memang baru saja menyelesaikan studi di bangku kelas 3 SMAN 1 Denpasar. Saat ini dia sibuk mempersiapkan diri masuk ke jenjang universitas.
Ketika ditanya tentang hasil ujian nasional (unas) yang baru saja diumumkan, wajah Kezia makin cerah. ”Aku dapat nilai 56,” katanya. Nilai unas 56 adalah istimewa mengingat nilai maksimumnya adalah 60. Itu didapat dari enam mata pelajaran. Berarti, rata-rata nilai unas gadis berdarah Kupang ini adalah 9,33.
”Itu berkah banget buat aku. Soalnya, sembilan hari sebelum unas, aku masih ikut beberapa kompetisi. Untung, soal-soalnya ma sih bisa aku kerjain,” cerita pemain yang juga terpilih sebagai Honda Most Valuable Player di Honda DBL 2009 seri Bali.
Tentu nilai tersebut tidak didapat Kezia dengan mudah. Dia memang sejak lama menyiapkan diri untuk unas. Di saat harus mengikuti Training Camp bersama pemain-pemain lain, dia selalu menyempatkan diri belajar. Saat teman-temannya sesama atlet istirahat tidur siang, Kezia membuka buku pelajaran.
”Kalau sedang nggak ada pertandingan, setiap hari aku juga les privat di rumah,” lanjut Kezia
Hasilnya istimewa. Tidak ada satu pun nilai Kezia yang di bawah sembilan. Bahkan, nilai matematika dan ki mianya mencapai 9,75. Hanya 0,25 men dekati sem purna. Amelia Herawati, pemain asal SMA Karangturi, Semarang, juga tak kalah hebat. Pemain yang pada 2008 dan 2009 terpilih men jadi kapten putri DBL Indonesia All-Star dan ber tanding di Perth, Australia, ini juga meraih nilai memuaskan di unas lalu. ”Nilai totalnya 53,45,” kata Amel, sapaan Amelia. Itu berarti, rata-rata nilai Amel adalah 8,91.
Cara belajar pemain yang terpilih sebagai MVP Indonesia Development Camp (dipilih oleh pemain dan asisten pelatih NBA) ini tak kalah dahsyat. Setiap hari dia sekolah sampai pukul tiga sore. Setelah itu, dia harus berlatih basket sampai pukul delapan malam.
Sepulang dari latihan dan beristirahat sejenak, Amel masih harus belajar dan les privat. ”Biasanya aku baru tidur pukul sebelas malam setiap hari,” ceritanya.
Ketika ditanya apakah kelelahan dengan schedule seperti itu, Amel mengiyakan. ”Tapi, kalau aku mau bagus di basket dan bagus di se kolah, ya itu jadi risiko. Kalau lagi capek, aku ya nggak langsung tancap belajar terus. Sekali-sekali, aku berhenti sebentar, chating, browsing, pokoknya internetan,” ujarnya.
Salah satu risiko dari jadwal yang superpadat, Amel harus rela tidak berpacaran seperti temantemannya. Selain karena dilarang sang mama, dia memahami kegiatannya yang melelahkan. ”Lha kalo tiap hari baru tidur jam sebelas, kapan lek mau pacaran?” ungkap Amel dengan nada khas Semarang.
Namun, gadis yang diterima kuliah di UK Petra Surabaya lewat jalur prestasi ini tak menganggap bahwa pacaran adalah penting. ”Kata Mama, nanti saja nunggu kuliah di Surabaya. Cowok Surabaya lebih ngganteng-ngganteng,” kelakar Amel disambung tawa. (fry/c2/azz)